WONGBANTEN.ID,SERANG- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyerahkan sensor sistem peringatan dini gempa EEWS (Earthquake Early Warning System) kepada Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, disaksikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo, secara simbolis menyerahkan EEWS kepada Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten Al Muktabar, di lapangan Hotel Marbella Anyer, pada pelaksanan acara puncak Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019, Rabu kemarin.
Dalam press releasenya Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Rahmat Triyono mengatakan, dalam tahap awal ini sebanyak 10 sensor EEWS akan dipasang di wilayah Provinsi Banten, untuk mendeteksi secara dini gempa kuat yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa Barat, Banten, Selat Sunda, serta sesar aktif di daratan.
BMKG kini memasuki era baru melakukan lompatan kemajuan dengan pengoperasian peringatan dini gempa bumi di Indonesia (Indonesia Earthquake Early Warning System-InaEEWS).
“Sistem ini akan memberikan informasi “lebih dini”, sekitar 15 s/d 30 detik “sebelum dirasakan guncangan gempa kuat” melanda suatu kawasan,” jelas Rahmat.
Sistem ini lanjut Rahmat, tidak saja bermanfaat bagi masyarakat untuk bertindak lebih cepat menyelamatkan diri dari gempa, tetapi juga dapat “mengamankan objek vital” berbasis respon instrumen.
“Misalnya sistem transportasi cepat dan industri penting dapat dinon-aktifkan (“shut down”) beberapa detik lebih awal sebelum gempa menimbulkan kerusakan,” terang dia.
Bukan Untuk Meramal Gempa
Sistem ini tidak bertujuan untuk meramal kapan terjadi gempa, tetapi lebih kepada memberi peringatan kepada masyarakat bahwa akan terjadi gempa signifikan dalam hitungan beberapa detik hingga beberapa puluh detik ke depan.
“BMKG berpandangan bahwa peringatan dini gempa meskipun dalam hitungan detik sebelum terjadi gempa akan sangat berarti untuk menyelamatkan nyawa manusia dan infrastruktur penting,”tambah Rahmat.
Konsep dasar EEWS menggunakan “end to end” sistem yang mampu memberikan peringatan dini gempa kuat kepada masyarakat.
EEWS mencakup 3 sistem yaitu, pertama sistem monitoring yang mendeteksi gempa bumi di hulu, kedua adalah sistem pemrosesan data secara otomatis yang mengolah data secara cepat dalam hitungan detik, dan ketiga adalah sistem diseminasi penyebarluasanan informasi/peringatan dini di hilir, ditujukan kepada masyarakat yang disertai saran untuk menyelamatkan diri.
Uji coba pembangunan sistem ini akan dilaunching Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Duta Besar China dan pimpinan dari Institute of Care Life of China. Untuk tahap selanjutnya akan dipasang 190 unit sensor yang akan dikonsentrasikan di wilayah potensi gempabumi terutama untuk memonitor zona-zona megathrust dan patahan aktif, yaitu di Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, dan Banten. Bilamana ujicoba ini berhasil maka akan dikembangkan secara masif di seluruh wilayah Indonesia
Teknologi EEWS yang merupakan “joint cooperation” antara Pemerintah China dan Pemerintah Indonesia ini mengacu kepada sistem EEWS di negara China. Informasi yang diberikan oleh sistem peringatan dini gempa ini mencakup estimasi intensitas gempa, waktu tiba gelombang S, estimasi magnitudo gempa, dan lokasi episenter gempa.(poe)